Langsung ke konten utama

Nyaman Ria Ber-Mobile Reading



Mobile Reading

Nice to write again here! *Aha!!

Aku akan menulis beberapa tips soal mobile reading yang menyenangkan. Tapi sebelumnya, biar kuceritakan mengapa demikian. Seminggu lalu aku baru bermigrasi dari handphone Cross A88-ku menjadi Redmi 2 dengan IMEI berbuntut -19 (Kalau kau tau soal Produk ini mungkin kau akan berempati :| ). Dan yang menjadi prioritasku dalam melakukan penyetelan setelah file, akun dan kontak adalah aplikasi pembaca buku. Yaps! Catat itu, kawan!

Dari hal itu aku berfikir bahwa kenyataannya mobile reading telah menjadi bagian dari gaya hidupku. Suka atau tidak tapi aku lebih banyak membaca buku dari ponselku dibanding dari halaman-halaman wangi yang memabukkan (**apa ungkapannya terlalu hyper?). Dan sekarang aku akan berbagi tentang bagaimana agar nyaman ber-mobile reading.

Mobile Reading, begitulah aku suka menyebutnya. Kenyamanannya dipengaruhi oleh beberapa hal. Yakni : Gadget, aplikasi, format buku dan mata user.

Pertama : Gadget apa yang nyaman digunakan?

Ini mungkin bukan prioritas utama kita, karena aku pikir sangat tidak ekonomis untuk membeli gadget baru terutama untuk mm.. pelajar dengan uang pas-pasan sepertiku :-D .

Kendati demikian aspek ini kenyataannya menjadi faktor terbesar dalam kenyamanan membaca. Kita bisa tau bagaimana perbedaanya membaca dari smartphone, tablet, dan e-reader (klik disini untuk yang belum mengenal e-reader!). Membaca dari E-reader lebih nyaman dari pada dari tablet. Membaca dari tablet lebih nyaman dibanding dari ponsel. ponsel lebih fleksibel untuk dibawa kemana-mana dan dibuka dimana saja. Terutama kemampuan ponsel dan tablet dalam multi-tasking kadang lebih disukai oleh banyak orang.

Amannya, aktifitas membaca dari perangkat elektronik ini didukung dengan pelengkap yang dapat meminimalisir kerusakan pada mata. Hal ini mungkin tidak sulit bagi pengguna e-reader, tapi bagi para pengguna smartphone dan sejenisnya diperlukan filter lain dalam bentuk kacamata dan lain sebagainya. Minimalnya penyetelan cahaya yang tepat perlu dilakukan oleh reader sekalian. Aku sendiri jarang menyetel cahaya layar samapai maksimum, kecuali kalau membaca di ruang terbuka yang benar-benar terang. Jika malam hari, aku biasanya mengaktifkan mode malam di ebook reader-ku (kita akan bahas caranya di bawah nanti). Itu cukup nyaman dan membantu.

Hal yang lain dari gadget nyaman untuk mobile reading adalah Screen Size atau ukuran layaaaar..!

Smartphone yang aku gunakan ukurannya 4,7". Dengan mata yang normal (kurasa), aku masih dapat membaca banyak buku dengan sangat sangat jelas. Bahkan tanpa perlu pembesaran berlebihan yang terkadang menyulitkan navigasi. Untuk membaca dengan nyaman mungkin 4,5" bisa dibilang paling kecil, meskipun tidak berarti ukuran di bawahnya tidak untuk digunakan membaca. Namun, demi kenyamanan juga kita tak bisa menenteng tablet yang terlalu besar kesana-kemari. Jadi kesimpulanku.., ukuran layar untuk gadget membaca kita adalah kisaran 4,5" - 7".

Tapi bagi yang lain yang layarnya kurang mendukung, aku ingin bilang kalau, "Selalu ada tempat bagi yang punya kemauan." (kau paham apa maksudnya?)

Kedua : Aplikasi apa yang bagus untuk mobile reading?
 
Apps.. Apps.. Apps and Apps.. Ada banyak sekali aplikasi yang bisa kita gunakan untuk membaca di gadget kita. Tapi mana yang paling menyenangkan? Jawabannya mungkin tidak pasti karena ketika kita bertanya pada seseorang kita hanya akan punya jawaban subjektif (Meskipun si penjawab bilang, "secara objektif.... bla bla bla"). Dan mungkin aku akan memberimu jawaban yang cukup memuaskan. Subjektif, tapi beralasan.

Aku adalah pengguna Android OS, jadi aku tak tau kesesuaian rujukanku dengan Windows Phone atau Iphone. Yang paling favorit bagiku saat ini adalah :

EBookDroid keluaran AK2 (Check di GooglePlay).

Aplikasi tersebut support beragam format buku seperti : DjVu, PDF, XPS (OpenXPS), FictionBook (fb2 dan fb2.zip), Komik (cbr dan CBZ), EPUB, RTF, MOBI dan AWZ3. Format yang didukung terus bertambah seiring update-nya. Namun, yang menjadi keunggulannya adalah ukurannya yang kecil dan ringan untuk dijalankan.  Tampilan file-file bukunya terlihat enak dipandang dengan gaya rak buku ataupun list.

Dalam membaca, Night mode dan Dark room mode-nya nyaman digunakan. Tampilannya juga menyenangkan, meskipun kurang minimalis. Kekurangan dari reader ini adalah menampilkan higlight kuning pada hyperlink yang terdapat dalam dokumen. Dan aku belum berhasil membuatnya tidak demikian.

Aplikasi lain yang aku suka adalah Adobe Acrobat Reader dari Adobe (Cek di GooglePlay). UI dan UX yang elegan. Minimal, flat, tapi nyaman dan menyenangkan. Ringan dan anti lag. Sayangnya ini hanya support untuk file PDF dan RTF. Tidak kapabel untuk format epub (format buku faforitku), djvu, ataupun yang lainnya.

Aplikasi Google Play Book dari Google sendiri menyenangkan untuk digunakan, tapi kurang fleksibel dan cocoknya untuk membaca buku yang disediakan play book saja. Untungnya harga buku di Play Book cukup standar dan tidak kemahalan. Pembayarannya lebih mudah karena bisa dengan saldo pulsa. Ditambah lagi play book terintegrasi dengan kamus dari google sendiri. Cukup membantu saat membaca buku berbahas asing. Fitur yang lainnya juga tak kalah menarik. Rasanya lebih nyaman dibanding kindle reader atau yang sejenisnya. Jadi, cobalah kapan-kapan.

Mungkin itu aplikasi yang recomemded menurut penilaianku. Kalau kamu punya pendapat yang lain, silahkan cek komentar.

Ketiga : Format apa yang paling nyaman?

Ada banyak sekali format ebook di dunia ini. Yang paling populer ialah PDF, karena sudah eksis semenjak smartphone belum eksis. PDF menjadi format  favorit ebook di PC, tentu saja PDF tenar hingga hari ini.Tapi, lain lagi jika berbicara pengalaman membaca di smartphone. Kadang, PDF tidak digemari.

PDF mendukung penampil gambar dan layout yang bersih dan menarik. Colorful dan mendukung multi typeface (font). Sayangnya, karena pemformatan itu kadang dokumen PDF tidak sesuai dengan layar ponsel kita. Sehingga kita tak bisa membacanya jika zoom disesuaikan dengan lebar layar. Teks buku masih dapat terbaca jika di zoom ke ukuran aslinya. Namun, hal itu menghambat aktifitas membaca.

Sebagai alternatif, ebook untuk gadget mobile kini seringkali dikemas ke dalam format epub dan mobi. Nah, format epub inilah yang aku gemari. Kenapa? Pertama, ukuran dokumen yang kecil. Kedua, ringan dibuka. Ketiga, ukuran teks dapat disesuaikan dengan keinginan kita. Nyaman ketika dibaca. Dibalik kelebihan-kelebihan itu, file epub biasanya sangat sedikit mengandung elemen grafis dan tidak multiwarna. Dokumennya juga sulit dibaca di PC. Namun, keefektifannya dan ketersediaannya yang melimpah membuat format buku ini pantas menjadi favorit.


Adapun format ebook lainnya yang cukup sering ditemui ialah djvu. Ini biasanya berisi dokumen hasil scan. Seringkali dimanfaatkan dari para penikmat ebook bajakan atau pembaca dokumen klasik. Dokumen ini biasanya berisi buku yang sulit dicari. Namun biasanya djvu tidak ringan dibuka dan tidak berukuran kecil.



So, apa kiranya format ebook faforitmu?


Terakhir : Jangan paksa matamu jika tak mampu.

Maksudku, setiap orang punya kemampuan penglihatan yang berbeda. Membaca di gadget sangat bergantung pad ahal itu. Jika mata kita mudah lelah, mungkin kita tak perlu memaksakan. Sering beristirahat. Karena selalu ada alternatif lainnya.

Mungkin itu yang bisa aku bagi kali ini.  Tetap semangat menuntut ilmu. Semoga sehat dan sejahtera selalu.

Happy Reading,
Reja Marjana

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kesetaraan Peran Laki-laki dan Perempuan dalam Kehidupan Bermasyarakat

image sorce : http://fee.org/ /*Tulisan ini dibuat dalam rangka tugas mata kuliah Bahasa Indonesia*/ /*Pendidikan Fisiska Universitas Pendidikan Indonesia 2017*/ /*Reja Marjana 1705580*/ Perempuan sebagai bagian dari masyarakat acap kali dipandang dengan cara yang berbeda. Dalam rentang sejarah, bangsa Mesir Kuno memandang perempuan sebagai sosok agung dan harus dipuja-puja. Di sisi lain bangsa

Kenapa Hidup Tak Seindah Cerita di Film dan Novel?

Apa tujuan hidup kita? Seringkali orang mencari motivasi hidup hingga membayar jutaan rupiah. Namun, yang terpenting adalah mengetahui tujuan hidup kita. Ya! Sesederhana itu. Mengapa demikian? Memiliki prinsip dan menentukan goal merupakan faktur utama kenapa kita melakukan sesuatu dan kenapa kita tidak melakukan sesuatu.   Manusia tanpa tujuan tak ubahnya seonggok daging dan tulang, hidup mengikuti arus orang lain. Terlepas dari pro dan kontra, aku akan memberikan sedikit illustasi mengenai bagaimana tujuan hidup bekerja mengubah cara pandang seseorang. Mari izinkan kita bertanya pada diri kita sendiri. Pernahkah kita menoton film, atau membaca novel lalu membayangkan betapa serunya dunia di dalam sana?! Hal itu normal terjadi. Bahkan ketika melihat betapa melelahkan betapa menyulitkan kehidupan di sana, dikejar moster, terus bertempur dengan musuh, punya rival super picik, diselingkuhi pacar *eh, hingga berjalan dari Shire ke Lonely Mountain seperti Bilbo baggins (xi

Mengapa Kita Perlu Belajar Bahasa Inggris?

(image source :http://www.thestudyabroadportal.com/) Diantara seluruh pembelajar di Indonesia, aku percaya ada banyak yang belum terinspirasi dan termotivasi untuk belajar Bahasa Inggris. Aku mungkin perlu mengecek data statistik nasional untuk membuktikannya. Namun, melihat di lingkungan sekitarku saja sudah cukup buatku. Jadi, itulah masalahnya! Aku bisa menghormati untuk kalian yang tetap beranggapan bahwa Bahasa Inggris tidak terlalu penting. Atau barangkali untuk kamu yang berpendapat ada yang jauh lebih penting dari sekedar Bahasa Inggris. Namun mari kita bahas beragam alasan untuk membawa kita memahami pada kesimpulan yang aku dapatkan. Bahwa, Bahasa Inggris merupakan medium penting dalam membuka dunia. Yep! Mengapa demikian? Pertama , fakta bahwa English (Bahasa Inggris) adalah  bahasa yang paling banyak digunakan sebagai bahasa resmi dunia. Mengesampingkan aksen yang heterogen, tak dapat dipungkiri bahwa English dapat kita temui di lembaga-lemb