Masuk Kuliah : SBMPTN This pict component isnt belong to Author |
"I Should Pass
into ITB!"
Itu yang aku
pikirkan selama SMA. Namun kenyataan tidak semulus yang dibayangkan.
Bersekolah di Pondok
Pesantren membuat aku mendapatkan jam belajar lebih banyak dan aktifitas pondok
yang padat. Susah membagi waktu untuk belajar materi SMA itu hal umum disini,
apalagi SBMPTN. Separuh dari teman temanku yang berniat masuk Perguruan Tinggi
Negeri berharap saja pada SNMPTN. Kalu aku tidak demikian, sekolahku bukan
lembaga ternama dan terakreditasi sangat bagus. Aku membidik jalur ke SBMPTN
semenjak mulai berfikir kuliah. Hal itu memberikan cerita tersendiri. But
first, let me introduce you "What Is SBMPTN (and SNMPTN)?"
SBMPTN (Seleksi
Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri), adalah salah satu seleksi masuk PTN
secara serentak yang disebutkan dalan UU No 12 Tahun 2012. Mengutip dar laman
resminya, SBMPTN adalah seleksi berdasarkan hasil ujian tertulis dalam PBT
maupun CBT. Termasuk juga kombinasi ujian tulis dan ujian keterampilan.
Adapun SNMPTN
(Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri), merupakan salah satu jalur
masuk PTN yang tercantum juga dalam Undang-undang yang sama. Perbedaanya,
SNMPTN dilakukan dengan tahapan-tahapan : Penyaringan sekolah, Input nilai dan
prestasi akademik, dan Pengumuman. Sederhananya, tanpa harus melakukan tes
tulis dan menggunakan nilai rapor serta prestasi semasa SMA. What a lovely
way..!
Yep! Dan ceritaku
dimulai ketika kelas 12 semester 2, alias semester ke 5 dari SMA-ku. Saat
dimana Paper kami sebagai prasarat ujian pesantren sudah berlalu, namun muncul
tantangan baru PKKJ (ini semisal KKN-nya santri PPI). Dan kegalauan melanda
ketika saat-saat waktu belajar SBM-ku banyak terpotong kumpulan persiapan PKKJ.
But That’s Okay! Akhirnya aku memilih menghabiskan 30 hingga 60 menit sebelum
tidur dengan belajar materi SBMPTN. Itulah kenapa saat diasrama aku yang sering
mematikan lampu malam-malam (Aku tidur paling akhir).
So, your First
Point, "Siapkan agenda belajar kamu untuk SBMPTN!"
Tak usah
banyak-banyak. Cukup sekemampuan. Hanya saja karena Long-Term Memmory-ku gak
bagus, aku melupakan banyak sekali materi kelas satu dan kelas dua, makanya
perlu menghabiskan waktu lebih lama.
Hingga kemudian,
mumet datang akibat terlalu banyak materi yang dijejalkan. Belum lagi buku teks
yang gak asik. That’s how I back to Zenius Multimedia. Media belajar yang tepat
mempengaruhi proses belajar kita. Apalagi mengejar efektifitas dan waktu. Februari
2017, mulailah aku beli voucer Zenius.net untuk 6 bulan.
The Second Point, "Pilih media belajar yang tepat!"
Untuk belajar
Matematika, Kimia, Fisika, dan Biologi, aku menjajal banyak sekali media
pembelajaran sampai rasanya terlalu banyak. Dari Mulai Zenius, Sibejoo Jadda,
Crash Course, Khan Academy, hingga CK12 Textbook pernah aku coba. Tapi percaya,
deh! Kamu perlu menyortir dan menentukan platform mana untuk bidang studi mana.
Seperti Crash Course untuk Kimia dan Biologi (karena aku suka Hank Green),
Matematika dengan Zenius, Fisika dengan Sibejoo, CK12 untuk rincian tiap bab.
Find your perfect blend, Dear.
Dari situ, aku sudah
punya agenda terstruktur dan media belajar keren, Namun belum cukup sampai
disitu. Rutinitas tertunda PKKJ. Bulan Maret-lah yang menjadi start belajar sbm
yang serius. Mendekati UN, aku tak terlalu peduli. Itulah kenapa lulus dengan nilai
UN pas-pasan. Aku selalu ingin dapat nilai besar karena menyukasi sensasi saat
kita berhasil melakukan apa yang kita kira kita bisa. Sayangnya tidak demikian
dengan UN kali ini. Ketimbang belajar materi UN, lebih sering belajar untuk
SBMPTN. Dimana pola soal dan titik berat materinya juga berbeda.
Itulah saat-saat
teman-teman seangkatanku berharap banyak dengan SNMPTN. Mereka lelah dengan
ujian tulis berkepanjangan. US, USBN, UN, UAP, that’s all enough!! Tapi kurang
satu bauatku. Pokoknya dri awal aku sudah memupuskan harapanku sendiri pada
SNMPTN. Dan meskipun aku lolos seleksi sekolah. Tadaa… tidak ada satupun di
sekolahku yang tembus SNMPTN.
Pengumuman itulah
yang menekan banyak anak yang berminat ke perguruan tinggi. Pasalnya saat itu
baru selesai digelar UAP (Ujian Akhir Pesantren) yang notabenenya, "The
most hard thing," disekolah kami. But I still prepared. Couze I got the
point.
Third, "Jangan mau di PHP-in SNMPTN. Tetap mantapkan SBMPTN!"
Saat itulah proses
belajarku dalam masa yang bagus. Salah satu metoda yang membuatku lebih baik
dalam memahami adalah memahami konsep secara mendalam dan 'Mengajarkannya.' Its
work on me. Perhaps you will. Mengajarkan dan membantu orang lain melakukan persiapan
SBMPTN, dari mulai materi hingga tektek-bengek administrasi, membuat kita keep
awake, aware, dan update dengan segala tentang SBMPTN. Try this!
Forth, "Bantu orang lain untuk SBMPTN juga!"
Jangan pernah taku
dengan membantu orang lain, kita akan dikalahkan. Dengan membantu orang lain
secara maksimal, justru meningkatkan kemampuan dan kesiapan kita secara
maksimal. Coba pikirkan banyak manfaatnya.
This is the time
when I open the questions. Wow! Itu ekspresiku tiap melirik soal. Download soal
sana-sini, share juga ke teman semua, dan enjoying my time to solve it all.
Fiuh! Try Out pertamaku menghasilkan Nilai 13% untuk TKD dan 47% untuk TKD
Saintek. Disitulah kegalauan muncul dan menghantui hingga males lanjut dan
memunculkan gagasan-gagasan putus asa lainnya. Seperti bayangan kalo gak lulus
PTN, neko-neko ingin PTS elit, dsb. Hold it on! Yakin tapi Realistis!
Akhirnya, berkat
chit-chat dengan teman lama yang sama-sama hendak ikut SBMPTN mendatang, aku
mendapatkan semangatku kembali. Melakukan set Priority Part dalam belajar
(Bagian-bagian dan konsep konsep diurutkan secara prioritas). Dan Boom! Second
Try Out! 7% TKD Saintek dan 53% TPA. "Apa-apaan ini?" batinku saat
itu.
This one, membuat
aku terenyak dengan keadaan dan mencari alternatif SBMPTN yang tidak
membebankan terlalu banyak biaya (Toh aku bukan orang berada). Diantaranya :
Program Beasiswa IDCloudHost ke Telkom University, JPU Telkom University, dan
JPA 2 Bidikmisi Telkom University (Komintmen pilihan PTS namun mencari bantuan
biaya), serta bila nanti SBMPTN dan yang lainnya gagal, the next is.. Prepare
UM untuk ke Unsil.
The test.. Its All
FAIL! Kecuali UM (Karena memang belum XD).
Jadi aku temui bapak
saya dan bilang, "Pak, kalo SBM depan aku gak lulus, pengen Break Setahun
dan pengen beli Zenius Xpedia buat belajar, dan aku berambisi masuk STEI
ITB."
My Dad reaction is,
"Gaboleh break doong! Kuliah aja sekemampuan kamu dimana. Atau jadi murabi, kek. Ke pesantren, kek."
Disitulah para
camaba mengalami dilema. Bahkan sebelum tesnya dilakukan, belum lagi
pengumuman. Maka dengan jurus super argumen dan bujukan menggiurkan (apasih),
keputusanku untuk break jika tidak lulus SBM.., diterima, meskipun seringkali kena
sindir nganggur satu tahun T.T.
Tetapi.., tanpa
menghentikan aktivitas belajar hari-demi hari berlalu menuju SBMPTN. Dan dilema
berikutnya muncul. "Yakin benar kamu dengan prodi yang dituju?" Sisi
lainku sering berkata begitu.
Sempat terjadi
banyak perubahan keputusan pilihan-pilihan SBMPTN :
Yang pertama STEI
ITB, Pend. Fisika UPI, dan Ilmu Komputer UPI
Yang kedua STEI ITB,
Teknik Informatika Unpad, dan Pend. Fisika UPI
Yang ketiga STEI
ITB, Pend. Fisika UPI, Matematika (murni) UPI
Dan pada akhirnya,
pilihanku kembali seperti opsi SNMPTN (cewek banget) : STEI ITB, Pend. Fisika
UPI, Pend. Matematika UPI.
Fifth, "Recheck prodi pilihan kamu dan siaplah untuk mengambilnya jika lulus!"
H-30. Try Out lagi
dan hasil TKD mengejutkan! (Aku tak sanggup menyebutnya). Meskipun TPA tetap
diatas 50%. Ini membuatku memfokuskan diri ke Biologi, si lumbung nilai. Dan
TPA banyak menyempurnakan kemampuan Matdas-ku. Hari demi hari kulewati dengan
mencari rekan seperjuangan. Kenalan baru. Ada Ditha dari Bandung, Yohana dari
Ciamis, Kak Harits, FEEL (ini nama WhatsApp dia), dan masih banyak lagi.
Two weeks before
test day. Melemahlah kemampuan belajar. Banyak nonton film dan baca novel
menjadi andalah disaat-saat ini. Belum lagi pengalihan ke belajar programming,
dimana aku memulai projek LMS baru berbasis PHP dan baru melirik Python untuk
dipelajari. Kena omel mamah sudah semakin sering. Tapi sama sekali tidak
meningkatkan semangat belajar. Buka Zenius cuman satu atau dua video sehari.
Berhenti latihan dan lebih sering merenung. Menyedihkan.
The point I got from this, "Komitmen untuk belajar pada waktunya, kecuali dalam masa tenang!"
A week before test.
Aku mereview penuh prioritas paling atas di dalam daftarku. Lalu
mengistirahatkan pikiran, tidak menghafal ataupun latihan, sekedar membaca atau
nonton tutor. Itupun kalau mood baik. Satu minggu mencoba menenangkan diri. Dan
membiasakan pola hidup sehat.
Then the test day
coming. Karena sehari sebelumnya tidak cek TKP, aku berangkat setelah shubuh,
setelah makan nasi goreng untuk sarapan. Dan kebetulan lokasi tes cukup jauh
dari rumah. Untunglah sempat istirahan sekitar 15 menit setelah menemukan ruang
ujian. Bel pun berdering. The Battle has begin.
Salah duga, aku
berpikir soal pertama adalah TPA. Maka aku panik ketika melihat tulisan TKD
saintek besar di sampul soal. Tapi tak lama kemudian, aku berhasil
mengendalikan diri dan mengisi identitas dengan sebenar-benarnya. Lalu sesuai
yang disarankan Bang Sabda dri zenius, untuk mengerakan soal dengan cepat
tandai mana sola yang mudah, dulit dan mustahil dikerjain. Unfortunately, every
question freakin me out. 10% soal mudah 20% soal sulit dan sisanya aku anggap
impossible!
Trims untuk bagian
biologi yang memberiku soal yang bisa aku kerjakan. Mengerjakan beberapa soal
mudah di matematika, lalu tersadar wktu tinggal setengahnya. Cek kimia dan
fisika, lantas merasakan lelah yang amat sangat. Hanya soal teori (tanpa
hitungan) yang aku kerjakan. Dan setelah itu, recheck semua jawaban memastikan
keyakinan. Dari 20 soal yang aku jawab. 8 yakin, 3 agak yakin, dan sisanya,
mengingat-ngingat dengan tidak yakin.
Up! Beristirahat
menunggu waktu habis dan boleh istirahat, aku memejamkan mata sejenak di ruang
kelas. Hingga lima belas menit terakhir digunakan untuk recheck identitas dan
final recheck jawaban. Bel berbunyi, para peserta ke ruang kelas.
Satu hal yang pasti
saat itu. Susah masuk ke WC. 30 menit istirahat tak sempat pula pergi buang
air. So I go back inside, duduk di tempatku menunggu soal. Saat itulah mulai
terasa pusing. Hidungku mulai panas dan agak ngilu (entah apa ini, namun sering
terjadi). Untungnya, merehatkan diri, tidak melakukan apapun (berfikir maupun
melihat lihat) sampai lembar jawaban dan soal sampai ditangan membuat kedaan
agak membaik. Dengan cepat kuisi kolom identitas dan membuka berkas soal.
Disana aku
tersenyum. Melupakan sakit di hidungku, aku mengerjaka TPA dengan lancar. 60
soal pertama yang meliputi tes visual, perbandingan, aritmetika, semuanya
terasa ringan. Sekalipun tubuh ada yang sakit, kondisi pikiran dan mental
sangat baik. Bahasa Inggrisnya juga terasa lebih mudah dibanding tahun
sebelumnya. Menyisihkan matematika di bagian akhir, tak terasa waktu tinggal
tiga puluh menit ketika masih berkutat di soal Bahasa Indonesia dan Inggris.
Kembali ke matematika, dan tak banyak yang bisa diisi, seingatku hanya 2 soal.
DUA!! Yap benar. Tidak punya cukup waktu untuk mengerjakan yang lain.
At all, kurang dari
70 soal aku kerjakan di sesi TPA ini. Dan sedihnya, setelah berbulan-bulan
menyiapkan Matematika Dasar, tidak ada waktu untuk menunjukkannya. That’s how i
pass the test.
The point I got when I came back to home, "Pastikan kondisi fisik dan psikis baik saat tes berlangsung!"
That’s how its all.
Diiringi dengan
kecemasan, doa, keyakinan, aku menunggu pengumuman.
Dan pada 13 Juni
kemarin, I got it. Tulisan Selamat yang belakangan ini menghantuiku. Aku LULUS
SBMPTN!
Dinyatakan Lulus ke
Universitas Pendidikan Indonesia membuatku bangga, terharu, dan kecewa.
Aku tak lulus STEI.
Passionku itu di IT dan DT!! Tapi nikmat manakah yang kau dustakan. Lulus SBMPTN
adalah sebuah nikmat, anugerah dan tanggungjawab. Its my next step on learning
and education. Ditambah rumor belakangan yang menyebut ancaman black-list jika
kursi SBM tidak di ambil, aku semakin berlapang dada. Tak boleh aku
menyia-nyiakan semua ini dan mengorbankan adik adik kelasku nanti. Today, I'am
MABA FPMIPA UPI 2017.
Tinggal registrasi
ulang dan melengkapi administrasi.
The last one.., *not the least
Dear adik-adikku
yang ada di SMA manapun itu, bersemangatlah dan berjuanglah belajar dengan
gigih. Kejar impianmu, namun jangan menyalahkan takdir Allah. Usahamu takan
menghianatimu. Sebesar apa yang kau dapat nanti, sebesar itulah bayaran yang
layak atas perjuangan dan do'a-do'amu.
Kalian mendapatkan pendidikan yang memadai selama 3 tahun ini, jangan
buang proses itu dengan ahir yang buruk. Kemanapun tujuan kalian,
perjuangkanlah demi menjadi pribadi yang bermanfaat bagi masyarakat.
Spesial untuk
adik-adikku di SMUSIM 182. Never Give up! Yang hendak tahfidz, masuk ma'had,
kuliah.., Take your dream. Untuk kamu yang mau masuk PTN, lets prepare your
self. Kalian bisa menganalkan kekuatan memmorize kalian sebagaimana menghafal
tahfidz, atau memanfaatkan daya kritis kalian sebagaimana memecahkan susunan
bahasa arab, bahkan menggunakan kelihaian berfikir seperti dalam ushul fiqih.
You have it all. Gunakan sesuai kemampuan kalian. Usaha kalian akan dibayar
dengan layak, baik di dunia dan dia akhirat. Aamiin. Jangan lupa siapa kita,
identitas kita!!
Masuk kuliah buakan
tujuan akhir, kalian bebas menentukan tujuan final kalian. Selalu ada jalan
untuk itu. Kuliah di PTN adalah salah satunya. Untuk kalian yang belum lulus,
Keep Fight. Hidup ini digenggam orang yang berani bangkit dari kegagalan.
***
For special content:
Untuk adik-adikku
tersayang,
Akan update ebook
materi, soal-soal dan tips-tips untuk menghadapi ujian menjelang (SBMPTN 2018).
*Maaf! Update belum selesai*
*Silahkan berkomentar untuk mendapatkan notifikasi*
Allah Bersama kita,
RJ Marjan
bismillah teknik elektro UGM ... Amiin
BalasHapusaamiin, goodluck ya!
HapusSangat menginspirasi tulisannya mbak, Salam.
BalasHapusWaalaikumsalam..
HapusNice info. Btw saya juga pengen masuk sbmptn.
BalasHapusSukses buat tahun depannya (y)
HapusCita cita saya nih masuk SBMPTN
BalasHapusmantap gan
BalasHapusUpdate soal-soal, bradaaa..
BalasHapusyuk belajar (y)